ARTICLE

Daun Kelor, Si Matcha dengan Kearifan Lokal

By Himpunan Mahasiswa Teknologi Pangan (HIMFOODTECH) • April 23, 2022

Daun Kelor, Si Matcha dengan Kearifan Lokal

Angel Christy (2440016256), Annisa Saptayulia Belvanugraha (2501995572), 

Kaneth (2501961861), Shanie Aurelia Karensa (2440026793), 

Xaverius Hideaki Richard (2501963854)

Tumbuhan kelor (Moringa oleifera) adalah tanaman yang tumbuh di daerah tropis maupun sub-tropis dan aslinya berasal dari kawasan sekitar Himalaya, seperti India, Afganistan, dan Bangladesh, kemudian menyebar ke kawasan sekitarnya hingga sampai di Benua Asia-Barat dan Afrika. Hingga kini kelor merupakan salah satu tanaman yang dapat ditemukan di Indonesia, tersebar di berbagai daerah mulai dari Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Sumatera. Tumbuhan ini berbatang kayu dan bercabang dilengkapi dengan daun majemuk, berbentuk oval, dan berwarna hijau, serta bunga dan akar tunggang. Kelor tumbuh subur mulai dari daratan rendah dan memiliki tingkat toleransi yang tinggi terhadap tanah yang kering termasuk wilayah pesisir, sehingga tanaman ini dapat ditumbuhkan hanya dengan air hujan tanpa memerlukan teknik irigasi yang relatif mahal (Aini, 2019). Kelor telah dikenal memiliki banyak kandungan antioksidan dan telah berabad-abad dikenal sebagai tanaman multifungsi yang secara alamiah terbukti kaya akan nutrisi, dan berkhasiat. Tumbuhan kelor juga sering kali dikenal sebagai “Miracle Tree” atau pohon ajaib karena keunggulannya dalam hal khasiat melebihi kandungan tanaman lain pada umumnya. Kandungan nutrisinya tersebar pada seluruh bagian tanaman kelor, bermula dari daun, kulit batang, bunga, hingga akarnya telah dikenal luas sebagai tumbuhan obat digunakan untuk mengobati penyakit kulit, beri-beri, rematik, dan masih banyak penyakit lainnya (Irwan, 2020).

Gambar 1. Daun Kelor (Aini, 2019)

Daun kelor memiliki kandungan yang tinggi dalam Protein, Zat Besi, Kalsium, Zink, magnesium, silika, mangan, dan Fosfor. Pada daun kelor segar, daun kelor memiliki kandungan protein kasar (PK) 26,43%; lemak kasar (LK) 2,23%; serat kasar (SK) 23,57%; abu 6,77%; bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) 52,25%. Daun kelor juga diketahui mengandung protein lebih banyak 2 kali lipat dibanding yoghurt, mengandung vitamin A lebih banyak 7 kali dibanding wortel, mengandung kalium lebih banyak 3 kali dibanding pisang, mengandung kalsium lebih banyak 4 kali dibanding susu, dan mengandung vitamin C lebih banyak 7 kali lebih banyak dari jeruk. 

Hingga saat ini, belum banyak dilakukan penelitian mengenai inovasi pangan, baik berupa makanan maupun minuman dari daun kelor. Secara umum masyarakat Indonesia hanya mengolah daun kelor secara terbatas, yaitu menjadi sayuran berkuah saja ataupun sebagai lalapan. Sebenarnya, daun kelor dapat diolah terlebih dahulu menjadi bubuk agar mudah untuk dijadikan bahan pangan fungsional sekaligus meningkatkan pemanfaatan daun kelor di masyarakat. Berdasarkan jurnal penelitian yang dituliskan oleh Darna, et al. (2019), berhasil dibuat permen jeli daun kelor yang kaya akan antioksidan. Permen jeli daun kelor ini dibuat dengan bahan bubuk daun kelor, gula, sirup glukosa, gelatin, asam sitrat, essens, serta pewarna makanan. Lalu, berdasarkan jurnal penelitian yang dituliskan oleh Wadu, et al. (2021), daun kelor berhasil diinovasikan menjadi produk makanan berupa puding dan ice cream sebagai alternatif usaha diversifikasi pengolahan pangan.

Saat ini, bubuk daun kelor merupakan bahan pangan yang semakin populer sebagai bahan pangan fungsional karena manfaatnya. Bubuk daun kelor dapat dibuat menjadi teh yang memiliki cita rasa dan khasiat yang tidak kalah dengan matcha dari Jepang. Sama seperti matcha, kelor mengandung flavonoid yang dapat memberikan efek antioksidan sehingga dapat menangkal radikal bebas serta menjaga imunitas tubuh. Menurut hasil penelitian, daun kelor memiliki kandungan nutrisi (serat, protein, kalsium, zat besi, vitamin A, vitamin C, dan vitamin E) yang jauh lebih besar pada dibandingkan dengan matcha. Dalam segi rasa dan aroma, teh kelor memiliki rasa yang mirip dengan matcha namun memiliki sedikit rasa langu. Aroma yang dihasilkan dari teh kelor juga memberikan aroma yang khas dan unik, sehingga disukai oleh banyak orang (Nurhayati, et al., 2021).

Tanaman daun kelor pada dasarnya merupakan salah satu komoditi tropis yang sudah tersohor akan manfaatnya. Daun kelor memiliki kandungan seperti Protein, Zat Besi, Kalsium, Zink, magnesium, silika, mangan, dan Fosfor. Penggunaannya sebagai variasi pangan memang masih terbilang jarang, namun karena rasa dan aromanya yang unik membuat daun kelor kini banyak disukai oleh berbagai kalangan, dan mulai dimanfaatkan di banyak produk pangan.

 

REFERENSI:

Aini, Q. (2019). Analisis Ekstrak Daun Kelor (Moringa Oleifera) pada Pengobatan Diabetes Mellitus. Aceh: Syiah Kuala University Press.

Darna, A. R. P., Timbuleng, E. M. L. M., Azzahroh, N., Khasanah, P.U., Arofah, G.E., & Kartikasari, M.N.D. (2019).  PERI DALOR (Permen Jeli Daun Kelor) : Inovasi Permen Kaya Antioksidan Sebagai Solusi Kesehatan.  Jurnal SEMAR, 8(1), 35-39.

Irwan, Z. (2020). Kandungan Zat Gizi Daun Kelor (Moringa oleifera) Berdasarkan Metode Pengeringan. Jurnal Kesehatan Manarang, 6(1), 69-77.

Nurhayati, Ihromi, S., Asmawati, Marianah, Saputrayadi, A., & Jahidin. (2021). Pelatihan Pembuatan Teh Kelor Sebagai Upaya menjaga Imunitas Tubuh Selama Masa Pandemi COVID-19. Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan, 4(2), 477-482.

Superfood Daun Kelor Terbukti Punya Segudang Khasiat untuk Kesehatan Halaman all – Kompas.com. (2020, January 17). Kompas Health. Retrieved April 7, 2022, from https://health.kompas.com/read/2020/01/17/160000368/superfood-daun-kelor-terbukti-punya-segudang-khasiat-untuk-kesehatan?page=all

Wadu, J., Linda, A.M., Retang, E.U.K., & Saragih, E.C. (2021). Pemanfaatan Daun Kelor sebagai Bahan Dasar Produk Olahan Makanan di Kelurahan Kambaniru. Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan, 4(2), 87-90.

 

Drop here!
Highlight
Highlight with Weava